Sabtu, 07 Februari 2015

Kambing Kacangan Jualan Berkah dan Tulah (3)






Kambing Kacangan merasa lebih baik dengan berdirinya bangunan baru hasil gotong-royong para binatang. Pembangunan fisik selesai, kini dia merencanakan apa yang disebutnya sebagai pembangunan mental.

Yang ada di kepalanya adalah bagaimana membuat semua orang yang ada di Padepokan Wedusan patuh kepadanya. Setelahnya, semua hal gampang dibentuk.

Semalam suntuk merenung, akhirnya dia mendapat dua kata kunci, yakni berkah dan tulah.

“Jika ingin berkah dan berhasil, seorang murid harus taat pada guru. Lihatlah Musa yang gagal menyerap samudera ilmu dari Khidir gara-gara melanggar perintahnya untuk diam tanpa tanya. Maka, kalian harus patuh pada guru kalian,” nasehatnya dalam banyak kesempatan.

“Ki Kacangan, bagaimana jika gurunya salah?” tanya anak domba.

“Guru tak akan mengajarkan kesesatan. Jika ada yang salah, mungkin itu hanya perbuatannya. Ya, jangan dicontoh. Tapi, biasanya apa yang tampak salah di mata murid, belum tentu benar-benar sebuah kesalahan. Lagi-lagi, seperti kisah Nabi Musa dan Khidir tadi,” jelas Kiai Kacangan.

Kiai Kacangan juga menegaskan kalau membantah guru hanya mendatangkan tulah. “Kualat kalian jika membantah guru,” ujarnya.

Untuk menguatkan pesannya, beberapa kali Kiai Kacangan menggali ingatan tentang peristiwa hebat yang pernah dialaminya. Setiap menemukannya, segera diceritakan kepada para murid.

“Saya pernah mendengar auman macan, lalu saya berdoa supaya tak terlihat. Saya hanya diam. Suara macan pun tak terdengar lagi,” mengutip salah satu ceritanya.

Kiai Kacangan sangat lihai bercerita. Mendengarnya, siapapun pasti antusias. Dia lalu meminjam istilah yang dalam bahasa manusia disebut karomah untuk menyebut keistimewaan yang ada padanya tersebut.

Indoktrinasi dengan berkah dan tulah yang dibumbui cerita-cerita kehebatan Kiai Kacangan sangat efektif membuat para murid terpesona dan patuh tanpa syarat. (bersambung)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar