Kamis, 22 Januari 2015

Berita busuk dari dunia pendidikan di negeri Ironisia seminggu terakhir:




1. Guru ilmu hukum sekaligus Wakil Dekan intip toilet wanita pakai kamera. Sanksinya dipecat dari kampus (bukan dicabut ijin mengajarnya, ya. Jadi, dia tetap bisa jadi guru di tempat lain di manapun).

2. Beberapa siswa SMA dipaksa buat surat pengunduran diri karena ngoceh di Facebook perihal diri mereka yang kerap dihukum karena telat. Padahal, guru2 juga hobi telat, tapi gak ada sanksi apa2.


Hampir tiap hari membaca berita buruk dari sekolah; Ada anak kelas 1 SD dikeroyok kakak kelas hingga buta; profesor nyabu bareng ayam kampus; dosen intip toilet cewek; gara-gara skripsi, mahasiswa tersiksa (dari depresi, bunuh diri, keguguran hingga wafat karena serangan jantung).

Sebenarnya yang dimaui sekolah itu apa? Sudah ngrampas waktu dan uang siswa, masih mau merampok keamanan dan nyawa pula.

Jika bisanya hanya memberi ijasah, ya berikan saja dengan cara transaksional yang jelas. Tinggal bilang sebutkan bayar berapa dan harus nunggu sampai kapan, biar transparan.
Gak usah sok bilang memberikan ilmu dan keahlian segala. Ujung-ujungnya jadi alat untuk melegitimasi rentetan proses dehumanisasi.

Hellllooooowwww,,,,,,, Para siswa..... Jangankan keburukan! Kamu lakukan hal baik sekalipun kalau singgung otoritas guru, ya pasti digebuk, digencet!!! Guru dilawan!!!
Berani macem2 kamu?! Aturan itu dibuat hanya untuk murid.

Gimana dengan guru? Gak perlu ada aturan. Makanya, disebut guru,,,, diGUyu mung ojo ditiRU (diketawain tapi jangan ditiru).

Ups!!! Yang jadi guru gak perlu tersinggung, yang jadi murid juga gak perlu sesali nasib. Santai aja, karena guru yang diGUyu mung ojo ditiRU itu hanya ada di negara Ironisia, bukan Indonesia loh!

Di Indonesia, Guru itu digugu dan ditiru ‘didengar dan diteladani’. Tapi, aku galau juga; emang apanya yang harus didengar? Terus, sisi mana yang bisa ditiru?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar