Sabtu, 24 Januari 2015

Guru dan Anggota DPR di Ironisia




1. Tukang ngetes tanpa pernah dites
Siapa yang tak tahu kinerja DPR soal urusan tes-mengetes: Kapolri,ketua KPK, Hakim Agung/MK/KY, Duta Besar dan masih banyak jabatan lain harusmelakukan uji kelayakan dan kepatutan di hadapan anggota dewan yang, katanya,terhormat itu.

Faktanya, emang tuh anggota DPR pernah melakukan tes-tesserupa? Gak pernah/mau dites kok kerjaannya ngetes orang. Bagaimanakevalidannya?!

Hal ini sama seperti guru. Di banyak institusi pendidikan,ada syarat-syarat tertentu bagi siswa untuk dapat lulus, misalnya skor TOEFLsekian. Lah, emang terhadap gurunya diberlakukan tes serupa? Atau,jangan-jangan gurunya juga gak sampai dengan batas minimum skor yang dibuatnyasendiri.

Quis, UTS, UAS, makalah, gak ketulung banyaknya jenis tesuntuk siswa di tiap semester. Gurunya? Tes apa untuk membuktikan bahwa diabenar-benar masih layak sebagai guru?

Terkadang ada tes evaluasi untuk guru, tapi nilainya siapayang tahu? Selanjutnya, hasil tes itu punya konsekwensi apa? Ora ono konsekwensiopo-opo.

Guru tak pernah dites (sebagai guru), lah kok kerjaannyangetes dan menentukan ini lulus itu tidak. Sebaiknya tidak perlu ngetes-ngetesorang jika tak mau dites. Supaya, kehidupan ini berjalan adil sesuai cita-citasemua agama.

Murid benar-benar tak terima tentang hal ini.

2. Hanya bicara kepentingan diri sendiri
Anggota DPR dapat amanat dari rakyat untuk mengurus urusanmereka, tapi yang diurus dan jadi topik pembicaraan hanya bagaimana wakiltersebut dapat bagian dari proyek ini-itu.

Guru? Setali tiga uang, sama saja. Orang tua dengan hatiyang tulus menyerahkan anaknya untuk didik para guru. Faktanya, guru hanyaribut bicara soal sertifikasi, kenaikan pangkat, dan proyek di luar jam mengajaryang menghasilkan uang.

Apakah tujuan pengajaran, cara mengajarkan pelajaran,bagaimana melejitkan potensi tiap siswa pernah jadi topik pembicaraan di mejaguru? Harus jadi guru untuk menjawab dengan tepat. Tapi, dengar-dengar,lihat-lihat  dan raba-raba sih tidak. 

Para guru dan anggota DPR di Indonesia, kalian tenang saja.Ini bukan guru dan anggota DPR di negara kalian. Jadi, gak usah pakai membeladiri, apalagi kebakaran jengot.

Ini hanya curhatan murid dari negara khayal Ironisia. Akutulis ulang barangkali ada kesamaan tokoh dan peristiwa, sehingga kita dapatmengambil pelajaran. Soalnya, Ironisia dan Indonesia mempunyai bunyi awal dansuku kata akhir yang sama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar